Arigoethe's Story

Jalan perempuan

Posted in Day Events by arigoethe on August 18. 2010


Ada seorang perempuan hidup dalam bayang-bayang cinta lalunya. Hidup dengan kisah indah yang dahulu. Alasan perpisahan yang digunakan bukanlah alas an sebenarnya untuk berpisah. Bagaimana mungkin alas an perbedaan agama dan suku dipakai untuk menghancurkan hati? Memang setiap orang berhak menentukan jalan pilihan bahagianya, tidak ada satu orangpun yang bisa memaksakannya.

Satu lagi contoh betapa mudah kita menderita karena orang yang amat dekat dengan kita. Orang yang amat kita sayangi, kita cintai, kita kasihi. Ibarat kata, setipis apapun goresan di kulitnya juga bakal ikut terasa perih dibuatnya. Derai airmata hanyalah sebuah awal mula dari kesepian tanpa ujung yang mau tidak mau harus dihadapi si pemuda dengan ketabahan luar biasa.

Sepintas hanya terlihat bagaimana perempuan itu harus mengarahkan tekanan hatinya dan mengemudikannya. Sejak kepergian kekasihnya di awal tahun sudah banyak hati lain yang singgah di hatinya. Bagaimana cara melupakan hati yang bertahun-tahun mendampingi? Bumi, langit, bahkan Tuhan pun pernah jadi saksi sumpah cinta mereka.

Tidak ada yang salah dengan lelaki yang dicintainya. Cinta si lelaki tetap tidak berubah kepada sang perempuan. Perempuan tersebut mengakhiri hubungan dengan alas an yang tidak logis, alas an yang bertahun-tahun mereka anggap hanya sebagai selingan dalam hubungan mereka. “Kita tidak lagi bisa bersama, dikarenakan hubungan kita memiliki banyak perbedaan.” Ucap si perempuan, “orang tua kita belum tentu setuju, agama kita juga berbeda, juga suku kita. Cinta itu tidak untuk sekarang, bagaimana dengan tahun-tahun berikutnya, bagaimana dengan anak kita nanti jika tidak diterima keluarga.” Lanjutnya.

Memang alas an yang sungguh sensitive, alas an yang sangat benar jika di pikirkan dengan logika dan akal sehat. Tapi, bagaimana mungkin setelah beberapa bulan si perempuan pacaran dengan lelaki lain yang tidak jauh bebeda dengan lelaki sebelumnya, memiliki kesamaan agama, kesamaan suku, dengan lelaki sebelumnya, hanya berbeda dari segi harta, ya, lelaki barunya termasuk golongan orang kaya.

Apa yang di pikirkan si perempuan hanya dialah yang tahu, itu jalannya, dan dialah yang harus bertanggung jawab, apakah dia maju terus, menjemput hati yang lain atau dia kembali dan mengakui kesalahannya dan berjanji setia dengan hati yang dicintainya. Yang terpenting dia jangan jatuh dan meninggal.
Setiap kita mungkin merasa jadi pihak yang paling menderita, paling susah, paling tertekan. Benarkah? Jangan-jangan ada seseorang yang lebih segalanya dari kita. Siapa dia? Tak ada yang bisa mengerti isi dari hati masing-masing.

Hidup itu seperti berjalan di jalan raya yang besar, kadang kita harus kencang, dan kadang kita harus pelan. Sebuah pesan yang semoga menyadarkan kita untuk lebih berhati-hati dalam menjalani hidup. Persis seperti bunyi spanduk yang bertebaran di jalanan saat masa-masa mudik menjelang, “Hati-hati dijalan. Jangan ngebut. Keluarga Anda menunggu di rumah.”

Leave a comment