Arigoethe's Story

Time to Choose

Posted in Day Events by arigoethe on November 19. 2010

Hidup adalah permainan pikiran. Berbahagialah mereka yang selalu bisa menemukan alasan untuk memilih, meski berkawan dengan sesal. Daripada mereka yang mencintai bimbang ragu dan diam-diam mencintai keterhentian langkah.

Ini khas penulis… yang berpretensi menghasilkan master piece… dengan berlama-lama termenung dalam benaknya sendiri… dan tak kunjung mau merangkai kata pun kalimat. Mungkin hampir semua penulis pernah merasakannya. Kebuntuan melahirkan karya karena tak juga berani menuangkan ide-idenya di atas kertas atau layar komputer.

Berminggu-minggu lamanya saya kehilangan mood untuk menulis. Hari demi hari terlewati begitu saja tanpa ada segurat gores pun di dalamnya. Macam-macam alasannya. Sedang kehabisan ide lah, sedang malas menulis lah, sedang sibuk lah, dan sedang sedang lainnya. Padahal, kalau mau, lebih mudah di depan komputer menuliskan apa pun –  menghapus dan mengeditnya jika dirasa kurang pas, daripada sekadar berandai-andai merangkai ide di kepala tapi tak juga berani membuka a new file.

Hidup seringkali identik dengan permainan pikiran kita sendiri. Jika kita menemukan alasan, niscaya tak ada satu pun yang bisa menghambatnya – meski dengan risiko gagal, salah, mengundang sesal. Tapi, jika sang diri lebih asyik merangkai angan dalam segala ragu, pastilah tak akan berani kita memilih atau memutuskan sesuatu.

Jalan ke depan terantuk batu atau aman di tempat tapi tak melakukan apa-apa. Begitulah hidup memberi kita pilihan yang jelas.

Mungkin artikel ini tak sebagus tulisan-tulisan saya yang lainnya. Tapi, paling tidak saya telah memutuskan untuk keluar dari masa pertapaan dan mulai berbagi lagi dengan semua orang yang berkenan membuka tulisan ini.

Lebih baik melangkah, seburuk apapun risikonya, daripada diam di tempat dan berpotensi kehilangan hal-hal baru yang akan muncul dalam pilihan-pilihan baru…

sumber : injurytime.dagdigdug.com

Menyapu Debu Abadi

Posted in Day Events by arigoethe on November 19. 2010


Kita semua pasti paham bahwa “memang tidak ada yang sempurna” – meski berbeda-beda menyikapinya. Ada yang bersedia menerima cacat itu, namun banyak yang memilih mencampakkannya…

Sepintas, menyapu adalah sebuah kegiatan yang sangat sepele. Membuat gerakan yang sama berulang-ulang untuk sekadar membersihkan sesuatu – bisa lantai, rumah, pekarangan, atau perabotan – dari debu atau kotoran. Pekerjaan yang boleh jadi telah lama kita tinggalkan karena kesibukan atau sudah ada orang lain yang mengerjakan.

Namun, apa jadinya jika kegiatan sepele itu jarang atau malah tak pernah dilakukan dalam kurun waktu tertentu? Nyamankah kita tinggal di rumah yang penuh debu, dengan pekarangan yang sarat sampah, dan lantai yang kesat? Pastilah sangat tidak mengenakkan. Itu sebabnya banyak di antara kita yang kelimpungan saat terpaksa memberi ijin mudik kepada our house keeping staff sesaat menjelang Lebaran.

Jika bicara soal debu, tak susah mencari jalan keluarnya. Tentu harus disapu atau dibersihkan sesering mungkin untuk membuat rumah kita menjadi seperti istana yang membuat betah. Pertanyaannya, apa yang harus kita lakukan jika debu yang mengganggu hidup kita berbentuk sikap, perilaku, atau sosok seseorang dalam keseharian kita? Seseorang yang mudah membuat kita jengkel, kesal, dan marah?

Haruskah kita setia “menyapu” ketidaksempurnaan orang lain yang akan selalu muncul seperti debu – sembari berharap kelak dia akan insyaf, atau “membiarkannya menjadi onggokan debu” dengan membiarkan atau malah mencampakkannya? Hmmm… tidak mudah menjawabnya ya…

Debu selalu akan ada dalam hidup kita. Diundang atau tidak, disukai atau tidak, hidup kita sarat dengan debu yang harus kita bersihkan. Masalahnya, seberapa sabar kita terus “menyapu” – tidak hanya untuk membuat hidup kita menjadi lebih nyaman, tapi juga untuk menyadarkan sang debu agar tidak lagi mengganggu orang lain karena ketidaksempurnaannya itu?

Memang jauh lebih mudah menghindari “debu” – apapun alasannya… karena hanya orang-orang bijak yang mampu bersetia dengan sapu dalam setiap gerak langkah hidupnya… Saya pun tak sanggup melakukan itu…

sumber : injurytime.dagdigdug.com

Tetap Semangat

Posted in Day Events by arigoethe on November 19. 2010


Kobaran setungku api tak kan mampu membakar nyali yang telah mati. Tapi, sepercik saja api dalam jiwa bisa membakar segala, menciptakan banyak keajaiban baru dalam tiap jilatan api yang menghidupkan.

Lama sudah kumencari
Apa yang hendak kulakukan
Sgala titik kujelajahi
Tiada satupun kumengerti
Tersesatkah aku di samudra hidupmu(?)

Lelaki itu duduk termangu di sudut ruangannya yang berdebu. Dipandanginya tumpukan berkas-berkas lama yang dulu menyita hampir seluruh waktunya. Sebuah tas kerja hitam yang telah lusuh yang dulu tak pernah alpa menemani ke mana pun dia pergi. Sambil menanti dering telepon yang kini entah kenapa tak sesering dulu lagi memanggilnya sebagai tanda ada pekerjaan baru yang harus segera dibereskannya.

Kini tak ada lagi berkas yang perlu diebereskan, tas kerja yang harus ditenteng, pun panggilan telepon yang harus dijawab. Usianya sudah 60 tahun, nyaris 5 tahun dia menikmati masa pensiunnya. Entah kenapa hingga kini dia masih saja merindukan hari-harinya yang dulu… memilih berlama-lama mendekam di dalam ruang kerjanya yang kusam dan pengap… tak tahu harus berbuat apa untuk mengisi hari-harinya…

Tak henti-hentinya sang istri mengingatkannya, (more…)

Apa Yang Terjadi….

Posted in Day Events by arigoethe on November 6. 2010

Sudah lama tidak terjadi.. Ya, sudah lama tidak terjadi sebuah penulisan diblog saya ini. Banyak hal yang menyebabkan ini terjadi, pendukung yang paling kuat adalah meletusnya aktifitas yang di imbangi dengan bumbu kemalasan.

Hmmm.. hidup memang berputar, disaat kita tertawa ada yang menangis, gitu pula sebaliknya. Tapi tidak ada yang berharap untuk sedih. Kita berhak bahagia atas keputusan kita, dan saya adalah orang yang tidak pernah mensesali keputusan yang telah saya ambil. Bagaimanapun susahnya inilah hidup, dan harus tetap dijalani.

Terlintas dibenak saya (more…)