Arigoethe's Story

17 PERBEDAAN ORANG “BODOH” DAN PINTAR

Posted in Day Events, Penambah wawasan by arigoethe on May 24. 2011

1. Terlalu Banyak Ide
Orang “pintar” biasanya banyak ide, bahkan mungkin telalu banyak ide, sehingga tidak satupun yang menjadi kenyataan. Sedangkan orang “bodoh” mungkin hanya punya satu ide dan satu itulah yang menjadi pilihan usahanya

2. Miskin Keberanian untuk memulai
Orang “bodoh”biasanya lebih berani dibanding orang “pintar”, kenapa ? Karena orang “bodoh”sering tidak berpikir panjang atau banyak pertimbangan. Dia nothing to lose. Sebaliknya, orang “pintar”telalu banyak pertimbangan.

3. Telalu Pandai Menganalisis
Sebagian besar orang “pintar”sangat pintar menganalisis. Setiap satu ide bisnis, dianalisis dengan sangat lengkap, mulai dari modal, untung rugi sampai Break Event Point. Orang “bodoh”tidak pandai menganalisis, sehingga lebih cepat memulai usaha.

4. Ingin Cepat Sukses
Orang”Pintar” merasa mampu melakukan berbagai hal dengan kepintarannya termasuk mendapatkahn hasil dengan cepat. Sebaliknya, orang “bodoh” merasa dia harus melalui jalan panjang dan berliku sebelum mendapatkan hasil. Maka banyak orang “bodoh” lebih sabar, tekun, atau ulet.

5. Tidak Berani Mimpi Besar
Orang “Pintar” berlogika sehingga bermimpi sesuatu yang secara logika bisa di capai. Orang “bodoh”tidak perduli dengan logika, yang penting dia bermimpi sesuatu, sangat besar, bahkan sesuatu yang tidak mungkin dicapai menurut orang lain.

6. Bisnis Butuh Pendidikan Tinggi
Orang “Pintar”menganggap, untuk berbisnis perlu tingkat pendidikan tertentu. Orang “Bodoh” berpikir, dia pun bisa berbisnis.

7. Berpikir Negatif Sebelum Memulai
Orang “Pintar” yang hebat dalam analisis, sangat mungkin berpikir negatif tentang sebuah bisnis, karena informasi yang berhasil dikumpulkannya sangat banyak. Sedangkan orang “bodoh” tidak sempat berpikir negatif karena harus segera berbisnis.

8. Maunya Dikerjakan Sendiri
Orang “Pintar”berpikir “aku pasti bisa mengerjakan semuanya”, sedangkan orang “bodoh” menganggap dirinya punya banyak keterbatasan, sehingga harus dibantu orang lain.

9. Miskin Pengetahuan Pemasaran dan Penjualan
Orang “Pintar” menganggap sudah mengetahui banyak hal, tapi seringkali melupakan penjualan. Orang “bodoh” berpikir simple, “yang penting produknya terjual”.

10. Tidak Fokus
Orang “Pintar” sering menganggap remeh kata Fokus. Buat dia, melakukan banyak hal lebih mengasyikkan. Sementara orang “bodoh”tidak punya kegiatan lain kecuali fokus pada bisnisnya.

11. Tidak Peduli Konsumen
Orang “Pintar” sering terlalu pede dengan kehebatannya. Dia merasa semuanya sudah Oke berkat kepintarannya sehingga mengabaikan suara konsumen. Orang”bodoh”?. Dia tahu konsumen seringkali lebih pintar darinya.

12. Abaikan Kualitas
Orang “bodoh” kadang-kadang saja mengabaikan kualitas karena memang tidak tahu, maka
tinggal diberi tahu bahwa mengabaikan kualitas keliru. Sedangkan orang “pintar” sering mengabaikan kualitas, karena sok tahu.

13. Tidak Tuntas
Orang “Pintar” dengan mudah beralih dari satu bisnis ke bisnis yang lain karena punya banyak kemampuan dan peluang. Orang “bodoh”mau tidak mau harus menuntaskan satu bisnisnya saja.

14. Tidak Tahu Prioritas
Orang “Pintar” sering sok tahu dengan mengerjakan dan memutuskan banyak hal dalam waktu sekaligus, sehingga prioritas terabaikan. Orang “Bodoh”? Yang paling mengancam bisnisnyalah yang akan dijadikan pioritas.

15. Kurang Kerja Keras dan Kerja Cerdas
Banyak orang “Bodoh” yang hanya mengandalkan semangat dan kerja keras plus sedikit kerja cerdas, menjadikannya sukses dalam berbisnis. Dilain sisi kebanyakan orang “Pintar” malas untuk berkerja keras dan sok cerdas,

16. Mencampur adukan Keuangan
Seorang “pintar” berperilaku bodoh dengan mencampuradukan keuangan pribadi dan perusahaan.

17. Mudah Menyerah
Orang “Pintar” merasa gengsi ketika gagal di satu bidang sehingga langsung beralih ke bidang lain, ketika menghadapi hambatan. Orang “Bodoh” seringkali tidak punya pilihan kecuali mengalahkan hambatan tersebut.

Cerita otak kanan : Hamil dahulu, baru nikah..!

Posted in Day Events by arigoethe on May 2. 2011

Setelah membaca cerita teman saya yang belum saya kenal sama sekali, saya jadi tergerak ingin menulis di blog ini. Sudah lama saya terlantarkan, dikarenakan kesibukan mengejar cita-cita yang mulia. Tapi apa daya, memang dasarnya tukang buat kata-kata, tetap untuk menulis tidak bisa di suntik mati, ada saja kata-kata  atau pemikiran yang tersusun rapi di otak, tentu saja itu semua pikiran positif, karena yang negatif sudah lama musnah dari saya.

Dari judul tulisan saya, mungkin sudah tidak asing lagi bagi Anda yang membacanya. “Hamil dahulu baru nikah..” atau bisa juga disebut dengan istilah kerennya “MBA” (Mari Buat Anak ) hahaaa…
Pernah saya mendapatkan undangan pernikahan dari teman, setelah datang yang pertama saya perhatikan adalah perut mempelai perempuannya, membuncit atau tidak. Tapi sangat sulit memastikannya jika mempelai bertubuh XL (eXtra ordinary Large) hahahaa..
Hal itu saya lakukan hanya iseng, terlalu kritis akibat umur mempelai wanita biasanya terlalu muda. Berawal dari kebingunan di masa kuliah, yakni saya punya teman yang sudah kawin (baca : seks bebas) dengan pacarnya yang masih duduk dibangku SMP. Dalam pikiran gatal saya sungguh beruntung perempuan tersebut, karena telah merasakan surga dunia yang konon katanya paling nikmat, dan paling banyak menjebak orang untuk membangun rumah di Neraka nantinya.

Ada juga cerita teman mantan pacar saya yang melakukan MBA (Married by Accident) atau terpaksa nikah karena anak sudah tercetak di perut. Married by Accident bukan lagi hal yang aneh di jaman ini. Apalagi serangan pronografi dari berbagai arah datang menyerang negri ini. Bahkan pernah ada berita anak SD memperkosa teman cewek di sekolahnya sehabis menonton video porno. Makin miris dengan berita seperti ini tidak satu atau dua kali, tapi lumayan sering saya baca di berita-berita plat online.

Pernah saya mengalami hal yang sama, di satu hari Minggu, sehabis lari pagi saya mencari warnet yang sudah buka di weekend tersebut. Ada uang yang harus saya transfer segera di waktu itu. Banyak warnet yang penuh, setelah 3 warnet akhirnya saya mendapatkan satu warnet yang masih mempunyai bangku kosong. Sambil menunggu situs banking saya terbuka, saya memperhatikan sekitar saya. Banyak anak-anak yang mengisi warnet tersebut, dan rata-rata masih duduk di bangku SD dan SMP. Seketika pandangan saya berhenti tepat di monitor yang berada disebelah kanan saya. Sungguh terkejut, anak sekecil itu saya lihat sedang asik menonton film “xxx” dengan kaki diangkat ke bangku dan terduduk ngangkang. Monitor anak tersebut saya pelototi terus, saya ingin tahu reaksinya jika saya perhatiin terus (padahal aji mumpung 😛 ), selang beberapa lama anak tersebut berpaling melihat wajah saya, hanya sedetik dia melihat ke arah saya, dan kemudian berpaling kembali ke monitornya, tanpa ragu dia kembali menonton film tadi sampai selesai.
Bukan hanya itu, didalam warnet tersebut juga banyak anak-anak yang sepertinya sudah tak asing lagi untuk mengucapkan sumpah serapah meyebut berbagai macam flora dan fauna, sampai batangan, gundukan juga lubang sampah.

Begitulah potret singkat anak jaman sekarang. Walau saya akui disamping itu masih banyak juga yang berprilaku normal seperti anak seusianya pada umumnya. Jaman memang telah berubah. Masyarakat juga sudah memaklumi pelaku MBA. Sudah jarang terjadi tindakan main hakim sendiri di masyarakat, mereka lebih memilih mencemooh dibelakang, dan bersikap baik didepan pelaku, apalagi jika diundang ke pesta pernikahannya, seolah-olah mendukung dengan membawa amplop atau kado sebagai hadiah, kemudian makan sepuasnya sampai kenyang. Mungkin inilah bentuk empati masyarakat kita. Hal seperti inilah yang membentuk nama “MBA” menjadi lumrah di kemudian hari sehingga tidak perlu “dipermasalahkan”. (more…)