Arigoethe's Story

re-write

Posted in Day Events by arigoethe on April 26. 2010

hmmm.. mengapa saya beri judul “re-write” ??! yup, tak lain dan tak bukan karena ini sudah pernah saya posting di blog saya yg terdahulu. Karena itu saya ingin mencoba kembali menulisnya di blog yang baru ini. Judulnya cukup menarik, karena ini tentang pacaran. Selamat membaca 🙂

Friday, November 07, 2008

Pacaran…….Yuk!!! 🙂
Banyak orang berkomentar, “Sia-sia banget masa muda kalau enggak pacaran!” Istilah ini ada benarnya. Karena tahu tidak sih, ternyata melalui pacaran kita bisa memetik berbagai ilmu yang berharga, lho!

Sosok teman atau sahabat sangat penting dalam kehidupan kita. Mereka jadi tempat berbagi sekaligus membangun identitas diri. Namun, seiring dengan perkembangan organ-organ seksual, kita mulai melirik hal lain. Gejolak hormon estrogen atau testosteron memunculkan greget yang berbeda.

Perasaan ini semakin “menggila” ketika kita bertemu lawan jenis yang menarik perhatian. Tiba-tiba muncul perasaan suka dan ingin lebih dekat dengannya. Di saat ini, teman tetap memegang posisi penting. Tapi ada hal lain yang kita inginkan. Kita pengen pacaran!

Apa sih arti pacaran? Pacaran adalah hubungan antara cowok dan cewek yang diwarnai keintiman. Keduanya terlibat dalam perasaan cinta dan saling mengakui pasangan sebagai pacar. Demikian definisi yang dikemukakan Reiss dalam buku Marriage and Family Development karangan Duval and Miller, keluaran tahun 1985. So, pacaran berarti kita sudah melangkah lebih jauh dalam hal usaha mengenal lawan jenis. Di sini kita sudah bikin komitmen sama si pacar.

Sayang, hubungan pacaran tidak selalu mulus. Apalagi buat kita yang masih remaja. Akhirnya, banyak di antara kita yang suka gonta-ganti pasangan. Ada yang baru sebulan jadian, tiba-tiba putus. Eh, seminggu kemudian sudah dapat gandengan baru. Semua dilakukan karena alasan tertentu.

“Gue sudah dua puluh delapan kali pacaran. Gue sering putus karena merasa kurang sreg sama pacar,” jelas Rizky (16).

Begitu pula yang dialami Felicia (16). “Gue sudah empat kali pacaran. Selama ini gue sering berantem sama pacar karena sama-sama egois.”

Pacaran, yuk!

Keinginan buat pacaran sebenarnya wajar banget dialami. Menurut pakar psikologi remaja, Robert J Havighurst, salah satu tugas perkembangan yang harus dipenuhi remaja adalah menjalin hubungan yang lebih matang dengan lawan jenis. Kita diharapkan tidak lagi berperilaku seperti anak kecil. Contoh, kalau tidak sengaja kesentuh lawan jenis, langsung marah-marah dan membersihkan bekas sentuhan itu. Sekarang, kita harus lebih dewasa dalam berperilaku di depan lawan jenis.

Ada banyak alasan yang menyebabkan kita akhirnya memutuskan untuk pacaran. Tapi sering kali alasan-alasan itu demi memuaskan kebutuhan pribadi. Seperti, buat teman curhat, gaul, atau supaya ada yang memperhatikan. Atau ada tambahan lagi dari Rizky. Siswa kelas dua SMU ini justru pacaran untuk mencari sosok cewek yang pas dan bisa mengerti dirinya.

Lalu ada juga yang pacaran karena memang lagi butuh. “Gue pernah iseng pacaran, dan karena memang lagi butuh,” kata Felicia.

Fenomena ini sering terjadi saat kita mulai coba-coba pacaran dan mumpung ada yang naksir. Egois? Yap, sifat ini memang masih lengket dan sulit dilepaskan. Padahal, sifat tersebut cuma bikin hubungan hancur dan kita pun luput memetik ilmu dari pengalaman pacaran.

Apa saja ilmu yang didapat dari pacaran? Cukup banyak, lho! Salah satunya, “Lewat pacaran, remaja bisa lebih mengenal lebih jauh tentang perilaku jenis kelamin berbeda,” jelas psikolog Zainoel B Biran Psi.

Misal, cewek jadi tahu kalau ada cowok yang suka menunjukkan rasa sayang lewat tindakan dan bukan kata-kata. Atau cowok lebih mengerti perilaku ceweknya yang uring- uringan saat PMS (pre-menstrual syndrome).

Turner dan Helms, dalam bukunya Life Span Development, juga mengemukakan keuntungan pacaran buat remaja. Melalui ajang ini kita bisa mengasah kemampuan bersosialisasi. Kita jadi tahu bahwa jujur pada pasangan itu penting. Hubungan kasih sayang juga semakin terjaga saat kita saling memberi saran dan bukan menyalahkan. Kemampuan bernegosiasi untuk menyelesaikan konflik sama pacar pun bermanfaat buat melanggengkan hubungan.

Lebih jauh lagi, melalui pacaran, “Remaja bisa belajar menolerir perbedaan pendapat,” ujar psikolog Zainoel, yang akrab dipanggil Pak Noel.

Semua ilmu yang berhasil dipetik dari masa pacaran itu sangat berguna. Terutama buat bekal memasuki dunia pernikahan. Tidak heran, banyak di antara kita yang memperbanyak koleksi mantan pacar supaya memperdalam ilmu pacaran.

“Dari obrolan sama para mantan pacar, gue jadi bisa mengubah sisi jelek gue,” tandas Rizky, yang hobi breakdance ini. Benarkah makin banyak mantan pacar berarti semakin berkembang kedewasaan kita? Belum tentu.

Sisi negatif pacaran

“Salah satu alasan remaja gonta-ganti pacar adalah buat gaya,” papar Pak Noel, dosen di Fakultas Psikologi UI. Fenomena ini sering terjadi di kalangan cowok. Rasanya bangga banget kalau bisa pamer ke teman-teman tentang puluhan cewek yang berhasil ditaklukkan. Bahkan, ada suatu geng yang anggotanya saling bersaing buat membuktikan siapa yang paling sukses menebar pesona.

Sementara cewek justru dianggap kurang baik kalau punya banyak mantan pacar. “Cewek jangan suka ganti-ganti pacar, deh. Kesannya cewek apaan, gitu,” sahut Felicia. Pendapat ini juga disetujui Rizky, “Gue enggak setuju sama cewek kayak gitu. Dia kelihatan seperti cewek murahan.”……………………

Alasan lain yang membuat kita gampang cari pacar baru adalah kecenderungan playful saat pacaran. Kita belum mau berkomitmen serius dan menganggap pacaran cuma untuk main-main belaka. “Ini berakibat, ketika salah satu pasangan terlihat serius, pasangan yang tidak siap, langsung pergi,” jelas Pak Noel. Maka, tinggallah si pasangan yang jengkel karena ditinggalkan.

Ada pula alasan klasik yang sering dipakai untuk mengakhiri hubungan: Tidak cocok sama pasangan. Jalur memutuskan hubungan memang yang paling gampang diambil. Tapi, cara ini justru mengesankan kita sebagai sosok egois yang malas cari solusi, kata Pak Noel. Mending, coba suatu solusi dulu sebelum ambil langkah putus. Jangan sampai kita menyesal karena terburu- buru mengakhiri hubungan.

Menurut Turner dan Helms, sisi negatif lain yang muncul karena pacaran adalah keterbatasan waktu bergaul dengan teman-teman kita. Terutama, teman yang berasal dari lawan jenis. Maklum, pacar suka keberatan kalau kita terlalu dekat sama lawan jenis lain. Terus, dia juga tidak terima jika kita lebih banyak bergaul sama teman-teman hingga menelantarkannya.

Selain itu, ada efek buruk lain. Efek ini jadi alasan yang kerap bikin ortu melarang kita pacaran, yaitu terjerumus seks bebas. Kemungkinan terjerumus juga makin besar karena kita dipengaruhi gejolak hormon seksual. Keberadaan pacar di samping kita dijadikan kesempatan untuk eksplorasi seksual. Tanpa disadari, keintiman fisik antara kita dan pacar semakin meningkat dan meningkat. Padahal, belum tentu kita siap menghadapi konsekuensinya. Seperti, hamil di luar nikah atau ketularan penyakit kelamin. Hiii….

Berbagai alasan di atas semakin memperjelas kalau ada orang-orang yang belum mampu belajar dari pengalaman berpacaran. Ada orang-orang yang terlalu terkonsentrasi pada keinginan pribadi. Mereka lebih mementingkan kepuasan diri daripada berusaha memperbaiki kualitas hubungan pacaran. Akibatnya, hubungan sering kandas dan mereka sulit berkembang jadi individu yang lebih bijaksana.

Batas pacaran

Ngomongin soal pacaran memang tidak ada habisnya. Selain sisi positif dan negatif dari pacaran, sekarang kita cari tahu tentang batasan ideal dari pacaran. Seperti, berapa lama waktu pacaran yang ideal?

Well, tidak ada patokan pasti. Ada orang yang baru ketemu sebulan, langsung nikah. Tapi, ada juga yang sudah pacaran bertahun-tahun, tiba-tiba putus. Semua balik lagi ke kualitas hubungan kita. Kalau kita berniat serius dan selalu berusaha membuat hubungan berhasil, kemungkinan besar pacaran bakal sukses. Sebaliknya, mereka yang tidak punya tujuan jelas pacaran akan sulit banget mempertahankan kelanggengan hubungan.

Bagaimana dengan batasan kontak fisik sama pacar? Kalau yang ini, kita tetap harus hati- hati. Salah satu pengalaman berharga yang patut kita petik dari pacaran adalah berusaha mengendalikan hasrat seksual. “Remaja perlu belajar kalau setiap keinginan tidak harus disalurkan,” ujar Pak Noel.

Misal, di tengah keramaian, kita langsung cium si pacar. Padahal, pacar kesal dengan perilaku ini. Belum lagi, ada orang-orang yang memandang sinis tindakan kita. Ketika kita mulai memperhatikan hal-hal ini, bisa dibilang kita belajar berperilaku lebih appropriate. Kita tidak lagi seperti anak-anak yang selalu berupaya memuaskan semua kebutuhan. Kita sudah tumbuh jadi individu dewasa yang berhasil menahan pemuasan kenikmatan sesaat. Satu hal lagi yang harus diperhatikan, buat batasan kontak fisik yang jelas antara kita dan pasangan. Dengan begitu, acara pacaran jadi aman.

Pacaran di masa remaja membawa berbagai manfaat sekaligus ada dampak negatif yang harus diwaspadai. Semua berpulang pada diri kita. Kita yang menentukan sisi mana yang akan kita ambil. Gonta-ganti pacar saat muda juga tidak dilarang. Justru malah menambah “wawasan” kan? Tapi yang paling penting, kita harus lebih bijaksana dan berhasil mengambil pengalaman berharga dari setiap hubungan pacaran yang kita bina. 🙂


Nah, sekarang silahkan lanjutkan bacaan anda ke posting “ciuman” semoga bermanfaat 🙂

2 Responses

Subscribe to comments with RSS.

  1. Mr Jagiring said, on May 3. 2010 at 4.48 pm

    Hmm ..
    kalau yang punya blog ini, da berapa x y pacaran ??

    Hahahahaha ..
    cepat2 kw dapat pacar bro ..
    biar ajak aku makan2 …

    • arigoethe said, on May 7. 2010 at 12.05 am

      hahahaaa.. ga salah hope ny tu bang???
      ntar lah ya kl uda dpt yg baru..hahaa


Leave a comment